Hoaks Politik, Begini Taktik Pabrikasi Konten Visual

Photo of author

By Editor

OLEH TULUSNO BUDI SANTOSO

Foto ilustrasi produksi hoaks politik.

 Menjelang pelaksanaan Pemilu 2024, salah satu yang harus diantisipasi adalah penyebaran misinformasi dan disinformasi seputar politik. Hoaks seputar politik bisa beredar dalam beragam bentuk, seperti teks maupun visual foto dan video.

Sejumlah data menunjukkan, pabrikasi konten visual menjadi salah satu bentuk penyebaran hoaks yang banyak terjadi.

Riset Masyarakat Telematika (Mastel) 2019, menyebutkan, penyebaran hoaks terus berkembang, dari yang sederhana menjadi lebih beragam. Bentuk hoaks yang paling banyak ditemukan berupa teks (70,7 persen). Kemudian, disusul foto dengan caption palsu (66,3 persen) dan foto editan (57,8 persen).

Sementara, untuk konten hoaks dalam format video, yang paling banyak adalah berita/foto/video lama yang disebarkan kembali (69,20 persen). Disusul video dengan caption/narasi palsu (53,2 persen), video editan (dipotong-potong) sebesar 45,70 persen, dan video editan (dubbing palsu) sebanyak 33,2 persen.

Berdasarkan survei itu, informasi hoaks paling banyak disebar melalui media sosial (87,50 persen) dan aplikasi percakapan (67 persen).

Melihat banyaknya hoaks yang menyebar dalam bentuk visual, berikut ini beberapa contoh bagaimana taktik manipulasi visual yang terjadi. Dan bagaimana agar kita tak terjebak mempercayai informasi hoaks dalam bentuk foto maupun video.

Pabrikasi foto musisi Iwan Fals mengenakan t-shirt bergambar pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Hatta Rajasa dan disebarkan lewat media sosial facebook.

Dalam foto yang beredar, terlihat musisi Iwan Fals menggunakan kaus dengan gambar Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang pernah mencalonkan presiden dan wakil presiden. Gambar yang ada pada kaus Iwan Fals palsu alias editan. Foto editan ini disebarkan pada 2014, saat pelaksanaan tahapan pemilu.

Setelah ditelusuri, kaus yang digunakan pelantun “Bongkar” itu bergambar kartun. Namun, foto ini diedit, kemudian diunggah dan disebarkan melalui media sosial. Tujuannya beragam. Jika disebarkan pada tahun politik, bisa jadi memiliki intensi menggiring dukungan politik.

Foto Iwan Fals yang asli sebelum diedit dengan mengubah gambar kaus yang pakai dengan pasangan calon presiden 2014.

Selain foto di atas, salah satu bentuk hoaks berupa visual lainnya adalah video pidato Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam video yang disebarkan di media sosial Facebook, taktik penyebaran hoaksnya dengan menambahkan subtitle palsu. Selain menambahkan subtitle palsu, unggahan yang dibagikan salah satu akun Facebook itu juga diikuti narasi yang provokatif.

Narasi itu di antaranya menyebutkan bahwa media di India tidak akan menunjukkan soal video pidato Presiden Rusia yang meminta Pakistan untuk menarik dan menyerahkan Gilgit ke India. Narasi dalam video itu dipastikan hoaks.

Video Hoaks dengan menambahkan subtitle palsu yang disebar melalui media sosial Facebook

Padahal, faktanya, video itu memuat pernyataan Putin tentang sanksi ekonomi bagi Rusia. Jadi tidak seperti yang diklaim soal sebagian Pakistan harus menjadi milik India dalam perang Rusia-Ukraina.

Kritis, cek foto dan video yang diterima

Bagaimana agar tak terjebak hoaks dalam bentuk visual? bersikaplah Kritis dan skeptis!

Lebih selektif dalam menyerap dan menyebarkan informasi apa pun yang diterima. Biasakan mengecek kebenaran informasi, terutama jika meragukan dan berpotensi menyesatkan.

Di media sosial, biasakan untuk menyelisik akun yang menyebarkan informasi-informasi yang Anda terima, apalagi yang bermuatan provokasi. Jika akun tersebut anonim, tidak sesuai keterangan bio dan profil dengan unggahannya, maka Anda selayaknya skeptis.

Untuk mengecek foto atau video yang beredar, Anda bisa menggunakan sejumlah tools, seperti Google Images, Yandex, atau Google Lens.

Pengecekan dengan Google Images bisa dilakukan melalui perangkat laptop maupun ponsel. Caranya, unggah foto yang akan dicek melalui Google Images dan telusuri. Cek satu per satu hasil penelusuran untuk mengetahui kebenaran visual atau informasinya.

Selain itu, upaya untuk menangkal penyebaran hoaks ini juga bisa dilakukan dengan melakukan verifikasi ulang serta menggunakan tools yang sudah ada. Beberapa tools itu di antaranya untuk menganalisis media sosial bisa menggunakan Account Analysis, Twitter Advanced Search, dan Truthness. Verifikasi foto dan video juga bisa menggunakan tools Fake News Debunker by Invid. Tools ini bisa Anda pasang di perangkat Google Chrome melalui Chrome Web Store.

Selain menggunakan cara-cara di atas, Anda juga bisa mengecek informasi-informasi hoaks yang sudah diperiksa kebenarannya melalui berbagai situs pengecekan fakta.

Di Indonesia, sejumlah media sudah menyediakan kanal-kanal khusus cek fakta. Atau, bisa juga cek di situs kolaborasi seperti cekfakta.com atau turnbackhoax.id[lus/but]

REFERENSI: https://beritajatim.com/cek-fakta/hoaks-politik-begini-taktik-pabrikasi-konten-visual/

Tinggalkan komentar