Kelas Prebunking: Vaksinasi Digital, Mengasah Keterampilan Melalui Edukasi agar Menjadi Individu Kebal Hoaks

Photo of author

By Editor

MATARAM – Hari ini (14/10) rangkaian kelas prebunking sebagai langkah vaksinasi digital dengan mengasah keterampilan melalui edukasi individu kebal hoaks berakhir.

Kelas prebunking diselenggarakan oleh Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) Korwil NTB di kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat) untuk mengajarkan pembuatan vaksinasi digital.

Berdasarkan liputan melintas.id di lapangan, sebanyak 20 peserta dari berbagai institusi, komunitas, dan lembaga sosial bersama-sama mengasah keterampilan melalui edukasi individu kebal hoaks.

Kelas Prebunking ini merupakan inisiatif yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang pencegahan hoaks demi terwujudnya individu kebal hoaks.

Selain itu, juga cara-cara efektif untuk mengidentifikasi dan melawannya. Dengan semakin maraknya penyebaran informasi palsu di era digital, kebutuhan akan pemahaman yang kuat tentang hoaks dan cara menghadapinya menjadi semakin penting.

Peserta kelas berasal dari latar belakang yang beragam, termasuk perwakilan dari berbagai institusi publik dan swasta, komunitas masyarakat, serta lembaga sosial. Hal ini mencerminkan kesadaran luas terhadap pentingnya penanganan fitnah di masyarakat.

Empat materi yang disampaikan dalam kelas ini mencakup berbagai aspek, mulai dari cara mengidentifikasi berita palsu hingga strategi efektif untuk menyebarkan informasi yang benar dan akurat. Para peserta aktif terlibat dalam diskusi dan simulasi situasi untuk mempraktikkan pembelajaran yang telah diperoleh.

“Ini adalah langkah yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang cerdas secara informasi. Dengan memahami bagaimana fitnah bekerja dan bagaimana menghadapinya, kita dapat membentengi diri sendiri dan memberikan kontribusi positif dalam penyebaran informasi,” kata salah satu peserta.

Korwil Mafindo NTB, Nurliya N.R., dengan tegas menegaskan bahwa rangkaian kelas edukasi ini saat ini sedang berlangsung serentak di 39 korwil Mafindo di seluruh Indonesia. Di NTB sendiri, sudah tiga kelas berhasil diselenggarakan.

“Pada Rabu, 11 Oktober lalu, kelas pertama berlangsung di Lombok Timur dengan dihadiri oleh 40 peserta, kemudian dilanjutkan dengan kelas kedua di Fave Hotel Mataram dengan 30 peserta, dan hari ini kelas terakhir digelar di kampus UMMAT,” ungkap Nurliya.

Kelas-kelas ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), platform media sosial, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan berbagai pihak terkait.

Deretan pemateri terdiri dari ahli-ahli di bidangnya, yaitu Muslifa Aseani, Priscilia Ayu, Sudomo, Agus Khairi, dan Romadhan B.P. Mereka menyampaikan materi-materi prebungking yang tidak hanya teori, tetapi juga diikuti dengan berbagai praktik yang membantu pemahaman mendalam bagi para peserta.

Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai fitnah, serta memberikan keterampilan dan strategi efektif dalam mengidentifikasi serta menghadapi penyebaran informasi palsu.

Di era informasi digital yang semakin kompleks, kebutuhan akan literasi media yang kuat menjadi hal yang mendesak.

Nurliya menambahkan, “Kami berharap bahwa melalui edukasi ini, masyarakat akan semakin mampu membedakan antara informasi yang benar dan fitnah. Hal ini akan membantu membangun masyarakat yang cerdas dalam memilah informasi di era digital saat ini.”

Dalam era digital yang begitu dinamis, kemampuan untuk memilah informasi menjadi keterampilan yang krusial.

“Apa pun jenis atau konten yang hadir melalui aktivitas digital kita, kita sudah memiliki bekal mendasar. Tunggu, pahami dulu, yakin apakah konten tersebut hoax atau bukan.

Jika benar hoaks, kita akhirnya bisa tegas menegur dan mengajak orang lain untuk berhenti, baik meneruskan konten hoaks, apalagi sampai menyebarkannya secara luas,” demikian adalah pesan kunci yang sering diingatkan oleh para pemateri kelas prebunking.

Kelas Prebunking bukan hanya sekadar membekali peserta dengan pengetahuan teknis untuk membedakan fakta dari hoaks. Ini adalah upaya nyata untuk membentuk sikap kritis dan bertanggung jawab terhadap informasi di dunia maya.

Melalui pendekatan ini, peserta dilatih untuk tidak hanya sekadar mengonsumsi informasi, tetapi juga untuk mengamati dan menilai dengan bijak. Dengan keterampilan ini, mereka dapat menahan diri sejenak sebelum menyebarkan informasi yang belum diverifikasi.

Menegur dan memperingatkan orang lain adalah bagian integral dari proses ini. Ini adalah tindakan proaktif untuk memerangi penyebaran hoaks dan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kejujuran dalam berbagi informasi.

Para pemateri kelas Prebunking memahami bahwa pendidikan ini adalah investasi dalam membangun masyarakat yang cerdas dan bertanggung jawab secara digital. Dengan bekal pengetahuan dan sikap yang benar, setiap individu dapat menjadi garda terdepan dalam melawan informasi palsu.

Inilah wujud nyata kolaborasi antara pemerintah, media sosial, lembaga media, dan komunitas masyarakat dalam menghadapi tantangan kompleks informasi di era digital. Melalui pendidikan dan kesadaran, kita bersama-sama membangun fondasi yang kuat untuk kebenaran dan integritas informasi.***

Sumber

Tinggalkan komentar