MENANGKAL INFORMASI YANG KELIRU

Photo of author

By Adi Syafitrah

OLEH AFKAR ARISTOTELES MUKHAER

Sejak kepedulian atas permasalahan perubahan iklim di abad ke-21 muncul, berbagai negara di dunia menyepakati ragam perjanjian untuk memeranginya. Sebuah studi pada Oktober 2021 dalam Environmental Research Letter pun sepakat, secara ilmiah, manusia adalah biang kerok utama perubahan iklim yang sedang berlangsung. Tidak sedikit ilmuwan atau akademisi, jurnalis, dan pemengaruh yang turut mengabarkan informasi dan pengetahuan terkait perubahan iklim.

Namun, alih-alih informasi menguatkan perhatian publik atas masalah perubahan iklim, narasi
misinformasi berseliweran di jagat media. Akibatnya, tidak sedikit kalangan masyarakat yang skeptis dan menyangkal keberadaan perubahan iklim. Survei YouGov pada 2019 melaporkan, 18 persen masyarakat Indonesia menyangkal, perubahan iklim disebabkan oleh manusia. Ini
adalah persentase ketidakpercayaan terbesar, di atas Arab Saudi dan AS. Editor lembaga kajian media Remotivi Geger Riyanto memandang, misinformasi perubahan iklim bisa berbahaya bagi masyarakat. Saat misinformasi tak terbendung, pada akhirnya, menjadi suatu keyakinan
yang berujung menjadi gagasan dalam menentukan kebijakan.

“Jadi, kita tidak ada sense of danger, bahwa (krisis iklim) itu sudah sedekat itu,” jelasnya. “Kalaupun kita dengar cerita tentang ada, nih perubahan iklim—ada sesuatu di (lingkup) global
yang agak berbahaya. (Masyarakat) kita berpikirnya itu ‘Oh, itu nanti’, ‘Oh, itu di tempat lain’.”

Penyebar misinformasi perubahan iklim bahkan bisa dilakukan oleh kalangan akademisi yang seharusnya menjadi sumber ilmiah terpercaya masyarakat. Biasanya, misinformasi disampaikan ketika mereka bermedia atau berusaha ‘mengedukasi’ masyarakat di internet. Mahawan Karuniasa, dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia mengatakan, akademisi atau ilmuwan pembuat misinformasi bukanlah ahli pada bidang terkait perubahan iklim. “Semua akademisi itu harus berdiri di atas etika ilmiah, dia menyampaikan hal yang benar,” tuturnya.

Seperti apa misinformasi perubahan iklim?

  • Agar bisa menyentuh dan dipercayai banyak orang, misinformasi biasanya menggunakan kata-kata yang cenderung menggebu-gebu dan emosional.
  • Tidak menyertakan rujukan informasi yang dapat dipercaya.
  • Pembuat misinformasi kerap memberikan opini yang tidak berdasar. Tidak jarang menyertakan rujukan, tetapi sumbernya tidak jelas atau tidak kredibel.
  • Menautkan informasi dengan topik yang tidak berhubungan. Misalnya, menghubungkan perubahan iklim dengan teori konspirasi.

Lantas, bagaimana cara mengidentifikasi misinformasi perubahan iklim dan menghentikan penyebarannya? Berikut kami sajikan caranya.

LANGKAH-LANGKAH MENCEGAH PENYEBARAN MISINFORMASI:

  1. Keberadaan perubahan iklim, mutlak secara ilmiah. Sembilan puluh sembilan persen penelitian ilmiah sepakat, bahwa perubahan iklim nyata, dan manusia adalah penyebabnya. Bersikap kritislah terhadap informasi yang menyampaikan penyebab lain.
  2. Kritisi informasi menggebu-gebu. Informasi yang Anda dapatkan bisa jadi hanyalah opini, bukan berdasarkan fakta ilmiah. Biasanya misinformasi memakai kata yang menggebu-gebu dan emosional.
  3. Cek siapa yang menyampaikan pesan. Semua orang berhak untuk berpendapat. Akan tetapi untuk menemukan kebenaran terkait perubahan iklim, periksa kembali latar belakang pemberi informasi.
  4. Tidak semua ‘ahli’ itu ahli, dan ‘ilmiah’ adalah ilmiah. Jika berasal dari seorang akademisi, pastikan informasi itu sesuai dengan bidangnya. Periksalah keberadaan temuan di situs pencarian ilmiah seperti Google Cendekia, ResearchGate, dan repositori.
  5. Berhenti di Anda. Jika menemukan narasi misinformasi terkait perubahan iklim, hentikan penyebarannya. Penyebar informasi mungkin ingin pesan yang disampaikan menjadi lebih luas lagi cakupannya.
  6. Hati-hati saat hendak melawan misinformasi. Walau bermaksud memperingatkan banyak orang soal misinformasi, jangan dibagikan. Sebab, tindakan itu mungkin sudah diperkirakan si pembuat narasi dan menguntungkannya.

REFERENSI: https://youtu.be/Rmk4UYlYzEA

Tinggalkan komentar