Waspada Hoaks Jelang Pilpres 2024, Cermati Tipe dan Ciri-cirinya

Photo of author

By Editor

OLEH DIKI WAHYUDI

ilustrasi hoaks

Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres), masyarakat sering kali menerima berita bohong atau hoaks terkait politik. Selama ini hoaks politik paling tinggi di antara yang beredar.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI pascapemilu 2019, setidaknya 67,2 persen hoaks di media social berkaitan dengan isu politik. Biasanya hoaks terkait politik identitas maupun propaganda.

Hoaks terkait politik menyasar semua kalangan masyarakat. Biasanya beredar saat memasuki tahun politik. Seperti tahun 2023 kembali bermunculan hoaks yang pernah beredar tahun pemilu sebelumnya.

“Itu sering kali terjadi, mudahan tahun ini tidak ada. Pokoknya cukup banyak beredar hoaks terkait Pilpres dan Pemilu lainnya,” ungkap Kepala Diskominfotik NTB, Najam Najamuddin Amy, belum lama ini.

Dijelaskan Najam, khusus hoaks terkait Pilpres tidak lain menjadi sasaran para kandidat. Ditemukan Kominfo selama ini, para kandidat diserang melalui hoaks pribadi dan keluarga bahkan agama. Ada lagi propaganda.

Salah satu yang pernah beredar adalah foto Sandiaga Uno saat menjadi Cawapres, juga pernah muncul. Itu juga ditemukan di NTB dan tersebar luaskan foto Sandiaga melalui facebook. Dalam hoaks yang beredar, Sandiaga saat selfie dengan latar belakang ada Ketum PPP Muhammad Romahurmuziy dari berada di balik sel penjara.

“Tapi kita tahu bersama kan itu hoaks juga. Dan sudah kita cek,” tegasnya.

Najam membeberkan hoaks terkait Sandiaga yang pernah Diskominfotik NTB terima dan menjadikan ini sebuah temuan. Hoaks itu pertama kali disebarkan melalui akun facebook Dien Cahyani Hayati Ningrum. Dalam statusnya, ia menulis: ‘Ada yang ngaku berteman degan Ahok, tapi ngk pernah jenguk Ahok ke dalam selnya? Sekarang ngaku berteman ama Romi, kok juga belum menjenguk Romi sih ? Dibohongi satu kali itu rasanya sakit, tapi rela dibohongi dua kali itu hanya orang gila yang kuat. Saya bukan orang kuat, silakan kalian saja yah?’.

Postingan Hoaks

ilustrasi hoaks

Link berita tempat foto Sandiaga Uno diambil

https://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/14/sandiaga-uno-selfie-penting-untuk-kampanye

Selain Sandiaga, banyak juga tokoh lain yang sudah pernah bahkan sering terkena hoaks. Salah satu di antaranya adalah Anies Baswedan. Diketahui, Anies beberapa waktu belakang selain menjabat Gubernur DKI Jakarta, termasuk salah satu tokoh yang saat ini banyak didukung dan dideklarasikan sebagai bakal kandidat calon Presiden RI.

Postingan Hoaks

ilustrasi hoaks

Cek fakta:

https://www.kominfo.go.id/content/detail/35579/hoaks-gubernur-dki-jakarta-anies-baswedan-meninggal-dunia/0/laporan_isu_hoaks

Selain tokoh politik, keluarga para tokoh juga kerap menjadi sasaran hoaks. Keluarga Presiden Jokowi termasuk yang cukup sering disebarluaskan berbagai hoaks terhadap mereka.

Salah satu contoh misalnya, adalah ketika Kaesang Pangarep dikaitkan dengan komunis dan disebarluaskan mengenakan kaos berlogo palu arit.

Postingan Hoaks

ilustrasi hoaks

Cek fakta:

http://turnbackhoax.id/2023/01/09/salah-foto-kaesang-pakai-baju-kaos-dengan-palu-arit/

Sementara, mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) NTB tahun 2021, Muhammad Khuwailid membenarkan jika hoaks tentang politik sering muncul pada momen pemilu. Bahkan diakuinya, ada beberapa hoaks di media social sempat memicu reaksi kader partai bahkan simpatisan dari pasangan Jokowi-Makruf tahun 2019.

“Jadi kita terus memberikan imbauan waktu itu, jangan mudah percaya terhadap informasi yang belum jelas sumber. Pernah saya minta cek dulu berita dan sumbernya, jelas tidak,” katanya tegas.

Secara garis besar, tipe atau jenis-jenis hoaks memang kerap sama atau berulang, termasuk terhadap hoaks di bidang politik khususnya di masa-masa Pemilu atau Pilpres. Pada umumnya, yang banyak digunakan adalah pengeditan foto maupun pengeditan pada judul berita sebuah media, kemudian ditambahi dengan narasi tertentu yang biasanya tendensius atau kontroversial. Foto-foto bertipe screen capture biasanya banyak digunakan, karena bisa terkesan asli, padahal sebenarnya telah diedit.

Metode hoaks lain adalah menampilkan informasi hoaks yang tidak ada sumber sama sekali, atau diambil dari sumber abal-abal atau website yang tidak jelas kredibilitasnya. Lalu, ada juga tipe hoaks yang mengait-ngaitkan sang tokoh dengan informasi lain, atau peristiwa tertentu yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali.

Bawaslu melalui media massa bahkan medsos pernah mengeluarkan imbauan menjaga kondusifitas dan tidak mudah percaya informasi yang bisa memecah belah persaudaraan.

Di samping itu, tepatnya Senin (5/12/2022), Bawaslu NTB pernah membuat nota kesepahaman bersama dengan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) NTB untuk menangkal berita hoaks yang marak. Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Data Informasi Bawaslu NTB, Suhardi menyebutkan, ini bagian dari sinergi menangal beredarnya berita hoaks. Kegiatan ini juga dilakukan dalam rangka pengawasan pertisifasi Pemilu dan pemilihan serentak 2024.

“Harapan kami pengawasan ruang siber hoaks maupun ujaran kebenciaan yang dapat mengganggu kondusifitas Pemilu,” harapnya.

Bagi masyarakat yang menemukan postingan atau informasi semacam itu, jangan mudah percaya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk waspada, agar tidak terkena perangkap hoaks, yang bisa berakibat bukan saja kita malu karena mempercayai informasi palsu (hoaks), tapi juga bisa berakibat hokum apabila ikut menyebarkannya.

Beberapa tips yang bisa diikuti, pertama, cermatilah informasi yang dibaca itu, pastikan ada sumber beritanya. Jika ada sumber tercantum, bisa dilakukan pencarian. Jika terlihat bukan dari media/website kredibel, jangan juga langsung percaya.

Untuk foto, bisa dilihat dan perhatikan warna/kecerahan  backround di dalam foto. Pada contoh postingan tentang Sandiaga Uno misalnya, terlihat warna/kecerahan backround tidak sesuai, terlihat buram.

Lainnya, Anda bisa juga mencari atau mengakses berita dari media massa yang diakui kredibilitasnya. Lebih jauh, jangan juga hanya membaca judul berita, tetapi bacalah secara utuh beritanya. Jangan mudah percaya dengan sebuah informasi atau berita, apalagi nama medianya sendiri baru Anda dengar.

Masyarakat juga bisa mengecek kebenaran sebuah berita melalui situs-situs resmi, missal situs pemerintah terkait, lembaga terkait. Atau dengan mencari di situs-situs pemeriksa fakta seperti Cekfakta.com atau Turnbackhoax.id, juga di media-media yang memiliki kontek Cek Fakta.

Jika berita sudah dicek kebenarannya, serta sudah meyakinkan sumber-sumbernya dan juga banyak dimuat di situs-situs lain, barulah Anda bisa percaya. Anda juga bisa menyebarluaskan berita tersebut, tapi ingat, jangan ikut-ikutan jadi penyebar hoaks. (**)

REFERENSI: https://koranlombok.id/2023/02/11/waspada-hoaks-jelang-pilpres-2024-cermati-tipe-dan-ciri-cirinya/

Tinggalkan komentar